Sabtu, 09 November 2019

Fungsi Oxygen Sensor pada mesin injeksi

Seiring dengan meningkatkan aturan terkait kadar emisi yang dihasilkan oleh kendaraan selama mesin bekerja, maka mobil-mobil dengan sistem EFI (injeksi) kini banyak yang sudah dilengkapi dengan oxygen sensor untuk mempertahankan kadar emisi gas buang agar tetap ramah lingkungan.

Meskipun pengembangan pada sistem EFI ini bukan hal yang baru lagi, penggunaan oxygen sensor di kendaraan tetap memiliki arti yang penting, baik untuk lingkungan serta untuk unjuk kerja mesin.

Nah pada kesempatan kali ini, ombro akan berbagi informasi terkait fungsi oxygen sensor pada mesin injeksi. Berikut fungsi oxygen sensor pada mesin injeksi....

Seiring dengan meningkatkan aturan terkait kadar emisi yang dihasilkan oleh kendaraan sela Fungsi Oxygen Sensor pada mesin injeksi


1. Mengukur konsentrasi oksigen di dalam gas buang


Fungsi oxygen sensor yang pertama adalah sebagai komponen yang digunakan untuk mengukur konsentrasi oksigen di dalam gas buang. Ya, oxygen sensor digunakan untuk mendeteksi kandungan oksigen yang ada di dalam gas buang sisa hasil pembakaran mesin.

Umumnya, oxygen sensor menggunakan komponen elektronika yang disebut sebagai Zirconia electrolyte (ZrO2 ), yaitu sebuah komponen yang akan bereaksi terhadap kandungan oksigen dan panas yang mengalir bersama hasil sisa-sisa gas buang di knalpot.

Oleh karenanya, kita akan menemukan oxygen sensor hanya pada jalur pembuangan sisa hasil pembakaran yang dimulai dari exhaust manifold (header) sampai ujung knalpot mobil. Namun umumnya, oxygen sensor ini dipasang di dekat header knalpot atau diantara catalyctic converter.

Oxygen sensor biasanya dihubungkan secara langsung dengan ECU (Engine Control Unit)menggunakan beberapa utas kabel (tergantung dari jenis dan model yang digunakan).

Dengan begitu, tegangan yang dikirimkan oleh ECU ke Oxygen Sensor bisa secara langsung diterima kembali oleh ECU setelah Zirconia electrolyte (ZrO2 ) bereaksi terhadap gas buang yang mengalir. Reaksi yang terjadi pada Zirconia electrolyte ini akan berakibat pada perubahan nilai tegangan yang sudah mengalir dari ECU sebelumnya.

Jika tegangan yang di terima ECU dari oxygen sensor berada pada nilai tegangan 0,1 volt, hal ini menandakan bahwa jumlah konsentrasi oksigen dalam gas buang berada di kisaran 3%. Ini artinya campuran udara dan bahan bakar di dalam mesin terlalu kurus (terlalu banyak udara dibanding bahan bakar)

Dan jika tegangan yang diterima ECU dari oxygen sensor ini berada pada nilai tegangan 0,9 volt, hal ini menandakan bahwa jumlah knsentrasi oksigen dalam gas buang berada di kisaran 0,3% . Ini artinya, campuran udara dan bahan bakar di dalam mesin terlalu kaya ( terlalu banyak bahan bakar dibanding udara).

Baca juga :



2. Data input bagi ECU untuk mengkoreksi air-fuel ratio mesin


Fungsi Oxygen sensor yang kedua adalah sebagai data input ECU untuk mengkoreksi jumlah air -fuel ratio (rasio perbandingan udara dan bahan bakar) mesin ke kondisi rasio yang paling ideal sesuai dengan kondisi kecepatan dan beban mesin.

Ya, untuk mendapatkan hasil pembakaran yang ideal, mesin bertenaga, namun tetap ramah lingkungan, maka ECU mesin akan memanfaatkan data input berupa tegangan dari oxygen sensor ini untuk mengkoreksi air-fuel ratio yang terjadi di mesin.

Paling umum, ECU akan mengatur kembali lamanya waktu injeksi bahan bakar kedalam ruang bakar serta waktu pengapian (ignition timing) untuk mendapatkan air-fuel ratio yang ideal sesuai dengan kecepatan dan beban mesin.

Seperti misalnya, ketika terjadi campuran kaya, maka ECU akan mempercepat waktu injeksi bahan bakar sehingga bahan bakar yang tercampur dengan udara menjadi lebih sedikit. Hal yang sama berlaku pula untuk kondisi sebaliknya

Setelah koreksi air fuel ratio terjadi dan proses pembakaran di ruang bakar terus berlangsung, maka akan segera tercipta perubahan kandungan oksigen dalam gas buang yang kemudian akan diukur kembali oleh oxygen sensor.

Ketika nilai kandungan oksigen sudah sesuai dengan data dan kebutuhan mesin maka koreksi air fuel ratio untuk sesaat akan terhenti dan akan kembali mengkoreksi jika nilai kandungan oksigen kembali berubah.

Jadi, secara garis besarnya, ECU (Engine Control Unit) akan menentukan apakah rasio udara-bahan bakar kaya atau kurus dan mengontrol timing injeksi berdasarkan tegangan output dari oxygen senor.

Jika oxygen sensor mengalami malfungsi sehingga tegangan output menjadi abnormal, maka ECU tidak akan mampu lagi untuk melakukan kontrol rasio udara-bahan bakar secara akurat.

Artikel ini diarsipkan pada kategori : Teori-Otomotif