Rabu, 06 November 2019

Maleficent | Cara Menulis Kreatif dengan Membalik Tokoh Protagonis dan Antagonis

Salah satu film yang alur ceritanya dipengaruhi oleh dongeng Eropa berjudul Maleficent. Judul film ini diambil dari nama tokoh utamanya. Maleficent adalah peri yang baik sewaktu kecil tapi berubah jahat ketika besar.

Jika dilihat secara seksama, alur cerita (plot) film Maleficent yang dibintangi oleh Angelina Jolie ini diangkat berdasarkan cerita rakya 'Putri Tidur'. Seperti yang jamak diketahui di seluruh dunia, dongeng Putri Tidur adalah cerita tentang seorang putri yang tertidur ketika berusia 17 tahun karena dikutuk oleh seorang peri jahat atau penyihir jahat. Putri tersebut baru bisa bangun ketika dicium oleh cinta sejatinya.


Nah, dalam cerita dongeng Putri Tidur tokoh Penyihir hitam pasti disebut sebagai tokoh Antagonis. Tokoh yang menghalangi kebahagiaan dari keluarga putri dan keluarga kerajaan. Sementara Putri dan keluarga kerajaan adalah tokoh protagonis, yang biasanya disebut dengan tokoh yang baik.



Penjelasan lengkap tentang tokoh protagonis dan tokoh antagonis dapat dilihat dalam artikel yang berjudul: Pengertian Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis.

Kalau kita membaca ceritanya (atau bahkan yang sudah menonton) pasti mengetahui alur cerita Maleficent yang tidak tertebak. Ada kalanya tokoh Maleficent adalah tokoh yang baik, tapi di satu sisi dia adalah penyihir jahat yang telah mengutuk seorang putri yang tidak berdosa.

Jika cerita dongeng Putri Tidur diambil dari sudut pandang seorang putri dan raja yang baik hati, dalam cerita Maleficent justru diangkat dari sudut pandang yang berkebalikan. Diambil dari sudut pandang si penyirhir yang awalnya jahat.

Cerita Maleficent menjadi sangat menarik karena penyihir yang dikenal sebagai tokoh jahat, alias tokoh antagonis, dalam cerita film ini justru digambarkan sebagai korban. Memang dia jahat, memang dia adalah tokoh antagonis karena mengutuk putri yang tidak berdosa. Namun, jika melihat ceritanya, kita akan setengah mendukung si penyihir jahat, dan alasannya mengapa dia jahat.

Maka dari itu, batasan antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis untuk Maleficent sulit dipisah dengan garis yang tegas. Kita akan sepakat bahwa tokoh Maleficent 'hanya' membela diri dan harga dirinya.

Dalam cerita itu, yang jelas-jelas antagonis adalah tokoh raja. Di dalam dongeng Putri Tidur, hanya disebutkan bahwa Raja adalah raja yang baik, sementara dalam Maleficent, Raja Stefan sebelumnya adalah rakyat jelata yang bisa mewarisi takhta kerajaan karena berhasil mengalahkan Maleficent. Meskipun tidak bisa sepenuhnya disebut stefan adalah tokoh jahat, meskipun bisa disebut sebagai tokoh antagonis.

Tokoh Raja Stefan bisa dikatakan tidak jahat sepenuhnya karena dia tidak tega untuk membunuh Maleficent ketika punya kesempatan.

Anomali yang disengaja alias pembolak-balikan alur cerita yang sengaja dibuat berlawanan dengan dongeng Putri Tidur, membuat film ini semakin menarik. Dalam film ini, Maleficent yang telah mengutuk si putri, justru melindungi putri tersebut dari mara bahaya.

Pemutarbalikan tokoh antagonis dan tokoh protagonis, ini menjadi sangat menarik lagi. Karena tokoh yang sebelumnya digambarkan akan mencelakai Putri justru melindungi, bahkan bisa menolong sang Putri, karena ciuman dari Maleficent justru menjadi ciuman dari pecinta sejatinya.

Maleficent tidak menyadari itu, hingga akhirnya Putri tidur setelah bangun tidak lagi menghormati raja dan meninggalkan istana kerajaannya. Justru turut serta dengan Maleficent ke negeri sihirnya yang awalnya indah, kemudian menjadi sihir kegelapan ketika Maleficent menjadi tokoh antagonis, di akhir cerita, mengubah negeri sihirnya kembali indah.